BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan merupakan proses
bertambahnya volume (ukuran) dan massa (jumlah) sel makhluk hidup, yang
ditandai dengan bertambahnya ukuran makhluk hidup tersebut. Sedangkan
perkembangan merupakan berubahnya sifat sel (makhluk hidup) menjadi sel
(makhluk hidup) yang mempunyai sifat yang lebih khusus, yang dipengaruhi oleh
perubahan kimiawi dalam sel atau makhluk hidup tersebut.
Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan
pada Tumbuhan terbagi menjadi dua yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor
Luar terdiri dari Nutrisi, Air, Cahaya, Kelembaban, dan Suhu. Sementara faktor
dalam terdiri dari Sifat genetik (sifat keturunan) dan Hormon tumbuhan (Auxin,
Giberelin, Sitokinin, Gas etilen, Asam absisat, Asam traumalin dan Kalin).
Dalam hal ini, akan membahas mengenai
faktor luar pada tumbuhan yg di uji coba melalui tumbuhan Jagung (Zea Mays L).
Upaya yang dilakukan adalah dengan meneliti faktor luar melalui media banyaknya
kadar pupuk yang diberikan pada tanaman Jagung (Zea Mays L). Dengan demikian
dapat diketahui bahwa faktor luar melalui media banyaknya kadar pupuk dapat
mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan.
1.2 Identifikasi
Masalah
·
Bagaimanakah cara penanaman jagung dari penanaman
hingga panen?
·
Bagaimanakah cara pemeliharaan jagung dari penanaman
hingga panen?
1.3 Pembatasan
Masalah
Masalah ini dibatasi oleh media tanam yang mempengaruhi
faktor luar pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Yaitu dengan
memperhitungkan banyaknya kadar pupuk yang diberikan terhadap tanaman Jagung
(Zea Mays L).
1.4 Rumusan Masalah
·
Apakah dengan
tidak menggunakan/memperhitungkan banyaknya kadar pupuk maka Jagung (Zea Mays L)
akan tumbuh dan berkembang secara optimal?
·
Apakah dengan
menggunakan/memperhitungkan banyaknya kadar pupuk dapat menghasilkan Jagung
(Zea Mays L) yang memuaskan?
1.5 Tujuan
Penelitian
·
Untuk
mengetahui tentang tanaman Jagung (Zea Mays L)
·
Untuk mengetahui pertumbuhan tanaman
jagung dari penanaman hingga panen.
·
Untuk
mengetahui tugas mandiri mata pelajaran Bahasa Indonesia.
1.6 Manfaat
Penelitian
·
Memberikan
pengetahuan mengenai Jagung (Zea Mays L)
·
Dapat mengetahui cara penanaman,
pemeliharaan, pemupukan, hingga panen jagung.
·
Membantu
mengetahui keunggulan dari Jagung yang menggunakan kadar pupuk sesuai takaran
dengan yang tidak menggunakan pupuk
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
2.1
Landasan Teori
A. Jenis Tanaman
Kingdom : Plantae
(tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta
(tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae
(berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone
(berkeping satu)
Ordo : Graminae
(rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.
B. Manfaat Tanaman
Tanaman jagung sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di Indonesia,
jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi.
Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutanke 3
setelah gandum dan padi. Di daerah Madura, jagung banyak dimanfaatkan sebagai
makanan pokok.
Akhir-akhir ini tanaman
jagung semakin meningkat penggunaannya. Tanaman jagung
banyak sekali gunanya, sebab hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan
untuk berbagai macam keperluan antara lain:
a) Batang dan daun muda:
pakan ternak
b) Batang dan daun tua
(setelah panen): pupuk hijau atau kompos
c) Batang dan daun kering:
kayu bakar
d) Batang jagung: lanjaran
(turus)
e) Batang jagung: pulp
(bahan kertas)
f) Buah jagung muda (putren,
Jw): sayuran, bergedel, bakwan, sambel goreng
g) Biji jagung tua:
pengganti nasi, marning, brondong, roti jagung, tepung, bihun,
bahan campuran kopi bubuk,
biskuit, kue kering, pakan ternak, bahan baku
industri bir, industri
farmasi, dextrin, perekat, industri textil.
C. Media Tanam
a)
Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus.
b)
Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari
gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan
tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik
dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur
lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya.
c)
Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan
tanaman jagung adalah pH antara 5,6 - 7,5.
d)
Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam
kondisi baik.
e)
Tanah dengan kemiringan kurang dari 8% dapat ditanami jagung, karena disana
kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah dengan tingkat
kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu.
D. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem
produksi tanaman. Dengan pola tanam ini berarti
memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang tersedia
(agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial ekonomi).
Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun selama
1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan yang
sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang ditanampun
perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan.
Beberapa pola tanam yang
biasa diterapkan adalah sebagai berikut:
a)
Tumpang sari (Intercropping), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman
(umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan
kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
b)
Tumpang gilir (Multiple Cropping), dilakukan secara beruntun sepanjang
tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kacang tanah,
ubi kayu.
c)
Tanaman Bersisipan (Relay Cropping): pola tanam dengan cara menyisipkan
satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang
bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah,
waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
d)
Tanaman Campuran (Mixed Cropping): penanaman terdiri atas beberapa tanaman
dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi
satu lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan
penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan alat tugal.
Kedalaman lubang perlu diperhatikan agar benih tidak terhambat pertumbuhannya.
Kedalaman lubang tanam antara: 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir
benih.
Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur
panennya, semakin panjang umurnya, tanaman akan
semakin tinggi dan memerlukan tempat yang lebih luas. Jagung
berumur dalam/panjang dengan waktu panen ≥ 100
hari sejak penanaman, jarak tanamnya dibuat 40x100 cm (2
tanaman /lubang). Jagung berumur sedang (panen
80-100 hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Sedangkan jagung
berumur pendek (panen < 80 hari), jarak tanamnya
20x50 cm (1 tanaman/lubang). Kedalaman lubang tanam yaitu antara 3-5 cm.
3) Cara Penanaman
Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang
ditanam satu tanaman. Dapat juga digunakan jarak tanam 75 x
50 cm, setiap lubang ditanam dua tanaman. Tanaman ini tidak dapat
tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air berlebihan.
Pada waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hampir berakhir, benih jagung
ini dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia selama pertumbuhan
tanaman jagung. Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan
tidak tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi dahulu, kecuali bila diduga
1-2 hari lagi hujan akan turun. Pembuatan lubang tanaman dan penanaman biasanya
memerlukan 4 orang (2 orang membuat lubang, 1 orang memasukkan
benih, 1 orang lagi memasukkan pupuk dasar dan menutup lubang). Jumlah benih
yang dimasukkan per lubang tergantung yang dikehendaki, bila
dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang
dimasukkan 3 biji per lubang, bila dikehendaki 1 tanaman per lubang,
maka benih yang dimasukkan 2 butir benih per lubang.
4) Lain-lain
Di lahan sawah irigasi, jagung biasanya
ditanam pada musim kemarau. Di sawah tadah hujan, ditanam pada akhir musim
hujan. Di lahan kering ditanam pada awal musim hujan dan akhir musim hujan.
E. Pemeliharaan
1) Penjarangan dan
Penyulaman
Dengan penjarangan maka dapat ditentukan
jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1
lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 2 atau 1, maka
tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik,
dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah.
Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai
akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk
mengganti benih yang tidak tumbuh/mati.
Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah
tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan
sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama.
Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam.
2) Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan
dari tanaman pengganggu (gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali.
Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda biasanya dengan tangan atau
cangkul kecil, garpu dan sebagainya. Yang penting dalam penyiangan ini tidak
mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat
mencengkeram tanah. Hal ini biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
3)
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman
tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar yang bermunculan di atas
permukaan tanah karena adanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman
berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Caranya, tanah di sebelah
kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di
barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. Untuk
efisiensi tenaga biasanya pembubunan dilakukan bersama dengan penyiangan kedua
yaitu setelah tanaman berumur 1 bulan.
4) Pemupukan
Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya
adalah pupuk Urea sebanyak 200-300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan
pupuk KCl sebanyak 50- 100 kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada
tahap pertama (pupuk dasar), pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada
tahap kedua (pupuk susulan I), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur
3-4 minggu setelah tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan
setelah tanaman jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.
5) Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman
secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab. Pengairan berikutnya diberikan
secukupnya dengan tujuan menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang
tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air
pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.
6) Waktu Penyemprotan
Pestisida
Penggunaan pestisida hanya diperkenankan
setelah terlihat adanya hama yang dapat membahayakan proses produksi jagung.
Adapun pestisida yang digunakan yaitu pestisida yang dipakai untuk
mengendalikan ulat. Pelaksanaan penyemprotan hendaknya memperlihatkan
kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama yang menyerang, sehingga
perlakuan ini akan lebih efisien.
F. Hama dan Penyakit
Hama
1)
Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi
kekuning-kuningan; di sekitar bekas gigitan atau bagian yang terserang
mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman
menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna
lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan dan bergaris, warna perut coklat kekuningan,
warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1)
penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman akan sangat membantu
memutus siklus hidup lalat bibit, terutama setelah selesai panen jagung; (2)
tanaman yang terserang lalat bibit harus segera dicabut dan dimusnahkan, agar
hama tidak menyebar; (3) kebersihan di sekitar areal penanaman hendaklah dijaga
dan selalu diperhatikan terutama terhadap tanaman inang yang sekaligus sebagai
gulma; (4) pengendalian secara kimiawi insektisida yang dapat digunakan antara
lain: Dursban 20 EC, Hostathion 40 EC, Larvin 74 WP, Marshal 25 ST, Miral 26
dan Promet 40 SD sedangkan dosis penggunaan dapat mengikuti aturan pakai.
2) Ulat pemotong
Gejala:
tanaman jagung yang terserang biasanya terpotong beberapa cm diatas permukaan
tanah yang ditandai dengan adanya bekas gigitan pada batangnya, akibatnya
tanaman jagung yang masih muda itu roboh di atas tanah. Penyebab:
beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis sp. (A. ipsilon); Spodoptera
litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek
buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) bertanam
secara serentak pada areal yang luas, bisa juga dilakukan pergiliran tanaman;
(2) dengan mencari dan membunuh ulat-ulat tersebut yang biasanya terdapat di
dalam tanah; (3) sebelum lahan ditanami jagung, disemprot terlebih dahulu
dengan insektisida.
3)
Belalang (Locusta sp.,
dan Oxya Chinensis)
Hama belalang pada tanaman jagung
merupakan hama migran dimana tingkat kerusakannya tergantung pada jumlah
populasinya dan tipe tanaman yang diserang. Hama belalang menyerang
terutama pada bagian daun, daun terlihat rusak karena serangan dari belalang
tersebut, jika populasinya banyak dan belalang sedang dalam keadaan kelaparan,
hama ini bisa menghabiskan sekaligus dengan tulang – tulang daunnya. Pengendalian
secara kimiawi bisa dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin,
betasiflutrin atau lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk
pada kemasan.
Penyakit
1) Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclero
spora maydis dan P. spora javanica serta P. spora philippinensis.
yang akan merajalela pada suhu udara 27 derajat C ke atas serta
keadaan udara lembab. Gejala: (1) pada tanaman berumur 2-3 minggu, daun
runcing dan kecil, kaku dan pertumbuhan batang terhambat, warna menguning,
sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) pada tanaman
berumur 3-5 minggu, tanaman yang terserang mengalami gangguan
pertumbuhan, daun berubah warna dan perubahan warna ini dimulai dari
bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa,
terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman
dilakukan menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola
pergiliran tanaman, penanaman varietas unggul; (3) dilakukan pencabutan tanaman
yang terserang, kemudian dimusnahkan.
2) Penyakit
bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala:
pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi
warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal
daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat
kekuningkuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh
permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman
hendaknya selalu dilakukan guna menekan meluasnya cendawan; (2) mekanis dengan
mengatur kelembaban lahan agar kondisi lahan tidak lembab; (3) kimiawi dengan
pestisida antara lain: Daconil 75 WP, Difolatan 4 F.
3)
Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan Puccinia
polypora Underw.
Gejala: pada tanaman dewasa yaitu pada daun yang
sudah tua terdapat titik-titik noda yang berwarna merah kecoklatan seperti
karat serta terdapat serbuk yang berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan
ini kemudian berkembang dan memanjang, kemudian akhirnya karat dapat berubah
menjadi bermacam-macam bentuk. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban
pada areal tanam; (2) menanam varietas unggul atau varietas yang tahan terhadap
penyakit; (3) melakukan sanitasi pada areal pertanaman jagung; (4) kimiawi
menggunakan pestisida seperti pada penyakit bulai dan bercak daun.
4)
Penyakit
gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago
zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala:
pada tongkol ditandai dengan masuknya cendawan ini ke dalam biji sehingga
terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini
menyebabkan pembungkus terdesak hingga pembungkus rusak dan kelenjar
keluar dari pembungkus dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur
kelembaban areal pertanaman jagung dengan cara pengeringan dan irigasi; (2)
memotong bagian tanaman kemudian dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur
dengan fungisida secara merata hingga semua permukaan benih terkena.
5)
Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella
antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw),
Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka
pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan
kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1)
menanam jagung varietas unggul, dilakukan pergiliran tanam, mengatur jarak
tanam, perlakuan benih; (2) penyemprotan dengan fungisida setelah ditemukan
gejala serangan.
G. Panen
Hasil panen jagung tidak
semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung dari tujuan panen.
Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung juga dapat dibedakan
dalam 4 tingkat: masak susu, masak lunak, masak tua dan masak kering/masak
mati.
1) Ciri dan Umur Panen
Ciri jagung yang siap
dipanen adalah:
a)
Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam.
b)
Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang
ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.
c)
Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas. Jagung
untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh. Saat
itu diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus dan dibakar,
dipanen ketika matang susu. Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan
bila biji dipijit tidak terlalu keras serta akan mengeluarkan cairan putih.
Jagung untuk makanan pokok (beras jagung), pakan ternak, benih, tepung dan
berbagai keperluan lainnya dipanen jika sudah matang fisiologis.
Tanda-tandanya: sebagian besar daun dan kelobot telah menguning. Apabila
bijinya dilepaskan akan ada warna coklat kehitaman pada tangkainya (tempat
menempelnya biji pada tongkol). Bila biji dipijit dengan kuku, tidak
meninggalkan bekas.
2) Cara Panen
Cara panen jagung yang matang fisiologis
adalah dengan cara memutar tongkol berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan
dengan mematahkan tangkai buah jagung. Pada lahan yang luas dan
rata sangat cocok bila menggunakan alat mesin pemetikan.
3) Periode Panen
Pemetikan jagung pada waktu yang kurang
tepat, kurang masak dapat menyebabkan penurunan kualitas, butir jagung menjadi
keriput bahkan setelah pengeringan akan pecah, terutama bila dipipil dengan
alat. Jagung untuk keperluan sayur, dapat dipetik 15 sampai dengan 21 hari
setelah tanaman berbunga. Pemetikan jagung untuk dikonsumsi sebagai jagung
rebus, tidak harus menunggu sampai biji masak, tetapi dapat dilakukan } 4
minggu setelah tanaman berbunga atau dapat mengambil waktu panen antara umur
panen jagung sayur dan umur panen jagung masak mati.
2.2 Hipotesis
1. Jagung yang tidak menggunakan pupuk akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang kurang optimal.
2. Jagung yang tidak menggunakan pupuk akan tumbuh
kerdil/kurang sehat dibandingkan menggunakan pupuk.
3. Jagung yang menggunakan pupuk akan mengalami pertumbuhan
dan perkembangan lebih pesat dan optimal dibandingkan dengan jagung yang tidak memakai
pupuk.
4. Terdapat pelebaran jagung pada setiap minggunya
dan terdapat pertambahan daun setiap minggunya.
BAB III
METODOLOGI
PENELITAN
3.1 Setting
Penelitian
a. Waktu
Penelitian : 17-02-2013 s/d 27-04-2013
b. Tempat Penelitian : Jalan Sukasari 3
3.2 Subjek
Penelitian
Subjek penelitiannya yaitu tanaman Jagung (Zea Mays L)
dimana jumlah keseluruhan adalah sebanyak 3 polibek yang terdiri dari 1 kontrol, perlakuan pertama,
perlakuan kedua, dan perlakuan ketiga.
3.3 Sumber Data
Yang menjadi sumber data adalah tanaman Jagung (Zea Mays
L) dengan perlakuan yang sama.
3.4 Alat Pengumpul
Data
Alat pengumpul data yang digunakan
dalam penelitian adalah :
a. Observasi Penelitian
b. Tabel pertumbahan dari tiap-tiap Jagung (Zea Mays L)
3.5 Indikator Kerja
Penelitian diasumsikan berhasil jika tanaman Jagung (Zea
Mays L) menunjukkan perbedaan yang signifikan.
3.6 Instrumen Pengumpul Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa
observasi penelitian dengan menggunakan tabel untuk mengukut tiap-tiap pertumbuhan
dari Jagung (Zea Mays L).
BAB IV
ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN
ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN
4.1 Data
Penelitian dilakukan untuk sampel Jagung (Zea Mays L).
Tiap Jagung (Zea Mays L) menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan yang sama tiap
perlakuan.
4.2 Data Analisis
NO
|
HARI/TANGGAL
|
TINGGI
|
LEBAR
|
JUMLAH DAUN
|
1
|
Senin, 04 Maret 2013
|
14 cm
|
3 cm
|
8
|
2
|
Senin, 11 Maret 2013
|
35 cm
|
4,5 cm
|
8
|
3
|
Senin, 25 Maret 2013
|
91 cm
|
7,1 cm
|
8
|
4
|
Senin, 8 April 2013
|
1,8 m
|
7,2 cm
|
8
|
5
|
Senin, 22 April 2013
|
1,9 m
|
7,5 cm
|
8
|
6
|
Sabtu, 27 April 2013
|
2 m
|
7,8 cm
|
8
|
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari
hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tanaman yang diberi pupuk dan tidak
diberi pupuk akan menghasilkan hasil yang berbeda. Jagung yang
menggunakan pupuk akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan lebih pesat dan
optimal dibandingkan dengan jagung yang tidak memakai pupuk. Dan kita pun dapat
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jagung yaitu:
pupuk, tanah, air, cahaya, nutrisi, kelembaban, dan suhu.
5.1 Saran
Kami
menyarankan kepada pembaca untuk member masukan-masukan agar kami dapat mengembangkan
penelitian kami yang lebih luas untuk kemajuan ilmu dan pembangunan. Kami juga menyarankan
kepada peneliti yang selanjutnya agar lebih teliti dan hati-hati dalam melakukan
penelitian. Kerjasama adalah kunci utamanya.
0 komentar:
Posting Komentar