Selasa, 27 September 2016

0

TUGAS PEMASARAN INTERNASIONAL STUDI KASUS : DANONE – EVIAN



TUGAS PEMASARAN INTERNASIONAL
STUDI KASUS : DANONE – EVIAN



  

Disusun Oleh :
1.      Nur Anisa                    H24140015
2.      Fitria Suartini               H24140032
3.      Intan Permatasari         H24140045
4.      Lisa Aisa                      H24140064
5.      Nur Wasilah                 H24140077
6.      Putri Idam Wati Hulu    H24140135

Dosen Pengampu :
M. Syaefudin





DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
5

TUGAS MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN MUTU “STANDARISASI MUTU PRODUK”

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berkembangnya sebuah perusahaan merupakan keinginan bagi setiap pemilik perusahaan dan juga karyawannya. Kemajuan sebuah perusahaan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal baik internal maupun eksternal. Salah satu hal yang sangat berpengaruh bagi kemajuan sebuah perusahan adalah kualitas produk yang dihasilkan.. Konsumen memiliki peran penting dalam penilaian mutu produk yang dihasilkan sebuah peruahaan. Jika produk memiliki kulitas yang tinggi dan berhasil memenuhi kebutuhan konsumen, maka  perusahaan berhasil meraih citra yang baik di mata konsumen. Selain itu mutu produk yang dihasilkan juga sangat menentukan daya saing sebuah perusahaan terhadap perusahaan lainnya. Pada era global perkembangan teknologi dan informasi membuat persaingan perusahaan yang bergerak di bidang yang sama semakin pesat. Untuk menyiasati hal ini, perusahaan dituntut untuk terus memperhatikan kulitas produknya. Hal ini bertujuan agar perusahaan tidak hanya dapat bersaing pada tingkat lokal dan global, namun juga internasional.
Jika sebuah perusahaan tidak dapat menghasilkan produk dengan kualitas yang tinggi, hal ini tidak hanya akan berdampak pada konsumen namun juga akan berdampak pada perusahaan. Beberapa dampak yang timbul pada konsumen adalah seperti ketidakpuasan, kekecewaan, bahkan masalah kesehatan dapat terjadi jika perusahaan tersebut  memproduksi makanan dan minuman. Jika hal ini terjadi pada konsumen maka besar kemungkinan akan terjadi penurunan kepercayaan konsumen pada perusahaan, sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi perusahaan terlebih dahulu harus memahami definisi mutu. Salah satu hal yang harus diketahui perusahaan dalam pengendalian mutu produk adalah standarisasi. Standarisasi dapat diartikan sebagai penetapan-penetapan norma dan aturan mutu produk yang ditetapkan bersama dengan tujuan menghasilkan produk dengan mutu yang dapat dideskripsikan  dan diukur dengan perolehan mutu yang seragam.
Untuk lebih memahami mengenai standarisasi, maka dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai definisi standarisasi, kelebihan dan juga kekurangan standarisasi.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan standarisasi?
2.      Apa saja kelebihan menggunakan standarisasi?
3.      Apa saja kekurangan menggunakan standarisasi?
4.      Bagaimana contoh penerapan standarisasi?
5.      Bagaimana analisis studi kasus penerapan standarisasi?
1.3 Tujuan
  1. Untuk mengetahui definisi standarisasi
  2. Untuk mengetahui kelebihan penggunaan standarisasi
  3. Untuk mengetahui kekurangan standarisasi
  4. Untuk mengetahui contoh penerapan standarisasi
  5. Untuk mengetahui analisis studi kasus penerapan standarisasi














BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Teori Singkat
2.1.1 Pengertian Standarisasi
Standarisasi merupakan penentuan ukuran yang harus diikuti dalam memproduksikan sesuatu. Standarisasi juga merupakan proses pembentukan standar teknis , yang bisa menjadi standar spesifikasi , standar cara uji , standar definisi , prosedur standar (atau praktik), dan lain-lain.
Istilah standarisasi berasal dari kata standar yang berarti satuan ukuran yang dipergunakan sebagai dasar pembanding kuantita, kualita, nilai, dan hasil karya yang ada. Dalam arti yang lebih luas maka standar meliputi spesifikasi baik produk, bahan maupun proses. Suatu produk tidak boleh tidak standar, namun harus atau sedapat mungkin diikuti agar kegiatan maupun hasilnya boleh dikatakan dapat diterima umum oleh penggunaan standee atau ukuran ini adalah hasil kerja sama pihak-pihak yang berkepentingan dalam industri dimana perusahaan itu berada. Misalnya jika seluruh dunia memproduksi kran dan pipa air dalam bentuk dan ukuran yang berbeda‑beda, maka tidak­lah mungkin  berbagai pipa saling bersambung karena masing-masing pipa tidak serasi dengan pipa lainnya, untuk itu diperlukan adaptor. Bilamana setiap produsen pipa dan kran air boleh memproduksi pipa semaunya tanpa memperhatikan ukuran pipa produsen lain, maka hasilnya terjadi kekacauan.
Standardisasi diimplementasikan ketika perusahaan mengeluarkan produk baru ke pasar. Dengan menggunakan standarisasi, kelompok dapat dengan mudah berkomunikasi melalui pedoman yang ditetapkan dalam rangka untuk menjaga fokus. Metode ini dibuat untuk memfasilitasi proses dan tugas, inilah mengapa interlocks dengan lean manufacturing. Terdapat empat teknik yang berbeda untuk standardisasi, yaitu penyederhanaan atau variasi kontrol, kodifikasi, nilai rekayasa, dan statistik proses kontrol.
2.1.2  Proses Standarisasi
Meliputi proses perencanaan kegiatan dan fungsi untuk mempersiapkan seperangkat rencana dan instruksi untuk menghasilkan bagian. Perencanaan dimulai dengan gambar teknik, spesifikasi, bagian atau daftar bahan dan ramalan permintaan. Hasil dari perencanaan ini adalah:
·               Rute yang menetapkan operasi, operasi urutan, pusat-pusat kerja, standar, dan perkakas. Rute ini yang menjadi masukan utama untuk sistem manufaktur perencanaan sumber daya untuk mendefinisikan operasi untuk tujuan pengendalian produksi aktivitas dan menentukan sumber daya yang diperlukan untuk persyaratan kapasitas perencanaan tujuan.
·               Proses rencana yang biasanya menyediakan lebih rinci, instruksi kerja langkah-demi-langkah termasuk dimensi yang terkait dengan operasi individu, parameter pemesinan, set-up instruksi, dan pemeriksaan jaminan kualitas.
·               Fabrikasi dan perakitan untuk mendukung pembuatan gambar (sebagai lawan dari gambar teknik untuk menentukan bagian).
Perencanaan proses manual didasarkan pada pengalaman seorang insinyur manufaktur dan pengetahuan tentang sarana produksi, peralatan, kemampuan mereka, proses, dan perkakas. Proses perencanaan sangat memakan waktu dan hasil bervariasi berdasarkan orang yang melakukan perencanaan.
2.1.3  Organisasi Internasional dalam Standarisasi
Organisasi Internasional untuk Standarisasi yaitu International Organization for Standardization atau disingkat ISO. ISO didirikan pada 23 Februari 1947 yang merupakan jaringan  badan standar nasional, saat ini berjumlah 162 anggota dari 205 negara yang ada di dunia, berpusat di Geneva.
ISO merupakan organisasi non pemerintah yang menjembatani sektor publik dan swasta. Dalam arti sektor publik karena banyak lembaga anggota merupakan badan pemerintah atau badan yang diberi kuasa oleh pemerintah. Di segi lain, anggota lain berakar pada sektor swasta yang didirikan oleh asosiasi industri. Maka ISO memungkinkan tercapainya konsensus untuk memenuhi permintaan bisnis dan bidang masyarakat yang lebih luas,
Dalam menyusun standar ISO, lazimnya terdapat tiga tahap penyusunan standar. Tahap pertama, kebutuhan akan sebuah standar diungkapkan lazimnya dari sektor industri, kemudian dikomunikasikan ke badan negara anggota, badan negara anggota kemudian mengusulkan butiran standar yang diperlukan ke ISO.  Bila ISO menganggap perlunya standar Internasional dalam bidang diusulkan, maka ruang lingkup  standar yang  diusulkan diberi batasan secara jelas, lalu dibentuk kelompok kerja pakar dari negara yang berminat pada subjek yang diusulkan. Setelah kelompok pakar menyetujui aspek teknik, maka dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Tahap kedua, spesifikasi standar diperiksa dan ditinjau oleh wakil negara anggota.  Pada tahap ini diperlukan konsensus untuk menyiapkan standar yang diusulkan. Tahap ketiga permintaan persetujuan dari negara anggota ISO. Untuk persetujuan formal diperlukan dukungan dua pertiga anggota ISO dan 75% anggota yang menyetujui naskah standar. Setelah memperoleh persetujuan, maka standar itu diterbitkan sebagai ISO International Standard. Sebagian besar standar perlu direvisi secara berkala karena evolusi teknologi, material dan metode baru, persyaratan mutu dan keselamatan. Karena itu ISO menyatakan bahwa semua standar harus direvisi sedikit-dikitnya lima tahun sekali.
2.2  Kelebihan Standarisasi
Perusahaan dalam memproduksi suatu produk membutuhkan standar-standar tertentu. Untuk itu, standarisasi dalam suatu perusahaan sangatlah dibutuhkan. Setiap perusahaan memiliki pedoman standarisasinya sendiri, seperti SNI, ISO 9000, ISO 9001, ISO 9002, ISO 9003, dan ISO 9004 yang memiliki ciri tersendiri dalam penyampaiannya. Standarisasi-standarisasi tersebut tentunya memilki tujuan dan manfaatnya tersediri, seperti meningkatkan efisiensi dalam desain, pengembangan dan penggunaan material, penghematan keuangan, SDM, waktu, fasilitas dan sumber daya lainnya dengan menggunakan faktor seminimal mungkin. Berikut akan dipaparkan mengenai keuntungan dari standarisasi yang ada dalam perusahaan terkhusus dalam bidang produksi barang:
1.      Pengenalan barang lebih mudah dilakukan
2.      Tidak terjadi kesalahan spesifikasi dalam pembelian barang
3.      Pemesanan dan pembelian barang satandar dapat dilakukan dengan mudah
4.      Para teknisi lebih mengenal sifat-sifat barang
5.      Lebih mudah untuk melakukan penjualan barang
6.      Memungkinkan pertukaran barang atau suku cadang yang sesuai dengan kriteria produk standar yang pada akhirnya dapat mengurangi biaya 
Selain itu, pedoman standarisasi yang sering digunakan oleh perusahaan adalah SNI. Standar Nasional Indonesia (SNI) merupakan dokumen standar teknis yang disusun oleh perwakilan produsen, konsumen, regulator, akademisi, praktisi, asosiasi, dan lain-lainnya yang diwakili oleh Komite Teknis, sehingga standar ini dapat digunakan untuk menilai dan menguji suatu produk yang dimilki oelh pelaku usaha atau pemilki merek dagang. Terdapat tiga pihak yang mendapatkan manfaat langsung dari penerapan SNI suatu produk, yaitu:
1.      Pihak Produsen
Dalam mencapai terciptanya suatu produk dengan standar tertentu produsen akan berusahauntuk mencari proses yang efisien dan efektif, mulai dari pembelian bahan baku, proses produksi, samapai dengan proses pengemasan dan distribusi. Oleh karena itu, produsen akan terus melakukan inovasi sehingga produk yang dihasilkannya memilki daya saing di pasar.
2.      Pihak Konsumen
SNI memberikan manfaat yang cukup signifikan bagi konsumen, seperti membantu untuk memilih produk yang berkualitas, membantu konsumen untuk terbebas dari produk yang berbahaya bagi keselamatan hidup, kesehatan ataupun lingkungan, dan membantu konsumen untuk menikmati barang yang sesuai antara harga dan kualitasnya.
3.      Pihak Pemerintah
Adanya SNI menyebabkan beberapa dampak positif bagi pemerintah seperti, membuat pasar di dalam negeri memilki mekanisme perlindungan dari serbuan barang-barang asing yang tidak diketahui kualitasnya, tumbunya dinamika ekonomi baru, dan tumbuhnya banyak lembaga sertifikasi produk untuk menilai dan menguji suatu produk.
2.3  Kekurangan Standarisasi
Standarisasi dapat juga menimbulkan kerugian, khususnya standarisasi yang menyangkut penggunaan peralatan, misalnya:
  1. Barang standar umumnya harganya mahal, sehingga menyebabkan biaya tinggi.
  2. Ketergantungan pada pabrik tertentu, dalam hal ini tidak banyak produsen suku cadang atau peralatan yang spesifikasi barangnya sesuai dengan standarisasi produk yang dibutuhkan, sehingga apabila terjadi kenaikan harga tidak mudah untuk mencari produsen lain.
  3. Proses standarisasi lama karena membutuhkan ahli-ahli dan waktu yang tepat untuk memenuhi kriteria yang pas untuk suatu produk.
2.4  Contoh Standarisasi
Standarisasi teknik merupakan proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib melalui kerjasama dengan semua pihak yang berkepentingan dalam bidang teknik. Berikut contoh standarisasi teknik:
  1. SNI (Standar Nasional Indonesia)
Standar Nasional Indonesia adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Komite Teknis (dulu disebut sebagai Panitia Teknis) dan ditetapkan oleh BSN. Agar SNI memperoleh keterimaan yang luas antara para stakeholder, maka SNI dirumuskan dengan memenuhi WTO Code of Good Practice, yaitu:
·      Openess (Keterbukaan)
Terbuka bagi semua stakeholder yang berkepentingan dan dapat berpartisipasi dalam pengembangan SNI.
·      Transparency (Transparansi)
Transparan agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat mengikuti perkembangan SNI mulai dari tahap pemrograman dan perumusan sampai ke tahap penetapannya. Dan dapat dengan mudah memperoleh semua informsi yang berkaitan dengan pengembangan SNI.
·      Consensus and Impartiality (Konsensus dan Tidak Memihak)
Tidak memihak dan konsensus agar semua stakeholder dapat menyalurkan  kepentingannya dan diperlakukan secara adil.
·      Effectiveness and  Relevance.
Efektif dan relevan agar dapat memfasilitasi perdagangan karena memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
·      Coherence
Koheren dengan pengembangan standar internasional agar perkembangan pasar negara kita tidak terisolasi dari perkembangan pasar global dan memperlancar perdagangan internasional.
·      Development Dimension (Berdimensi Pembangunan)
Berdimensi pembangunan agar memperhatikan kepentingan publik dan kepentingan nasional dalam meningkatkan daya saing perekonomian nasional.
  1. MS (Malaysian Standard)
Jabatan Standard Malaysia ialah badan standard dan akreditasi kebangsaan. Fungsi utama Jabatan Standard Malaysia adalah untuk merangsang dan menggalakkan standard, penstandardan dan akreditasi sebagai cara bagi memajukan ekonomi negara, menggalakkan kecekapan dan pembangunan industri yang bermanfaat kepada kesihatan dan keselamatan awam, melindungi pengguna, memudahkan perdagangan dalam negeri dan antarabangsa serta melanjutkan kerjasama antarabangsa berhubung dengan standard dan penstandardan.
Malaysian Standard (MS) dibangunkan melalui sepersetujuan jawatankuasa-jawatankuasa yang dianggotai oleh perwakilan yang seimbang daripada pengeluar, pengguna dan pihak lain yang kepentingannya relevan, sebagaimana yang sesuai dengan perkara yang sedang diusahakan. Malaysian Standard adalah sejajar atau diterima guna daripada standard antarabangsa, seboleh mungkin. Kelulusan sesuatu standard sebagai Malaysian Standard ditentukan oleh Akta Standard Malaysia 1996 [Akta 549]. Malaysian Standard dikaji semula secara berkala. Penggunaan Malaysian Standard adalah secara sukarela, melainkan diwajibkan oleh pihak berkuasa yang mengawal selia melalui peraturan, undang-undang kecil tempatan atau apa-apa cara lain yang serupa.
  1. JIS (Japan Industrial Standard)
JIS (Japanese industrial standars) adalah badan yang menentukan standarisasi  yang digunakan untuk kegiatan industri di Jepang. Proses standarisasi dikoordinasikan oleh Badan Komite Standar Industri Jepang dan dipublikasikan melalui Standards Association Jepang.
  1. DIN (Deutsches Industrie Norm)
Deutsches Institut für Normung adalah organisasi nasional Jerman untuk standardisasi dan anggota ISO negara itu. DIN adalah Asosiasi Jerman yang sudah Terdaftar dan berkantor pusat di Berlin. Saat ini ada sekitar tiga puluh ribu Standar DIN , meliputi hampir setiap bidang teknologi.
DIN Didirikan pada tahun 1917 sebagai Normenausschuß der Deutschen Industrie (NADI , "Komite Standardisasi Industri Jerman"), NADI ini berganti nama Deutscher Normenausschuß (DNA , "Komite Standarisasi German") pada tahun 1926 untuk mencerminkan bahwa organisasi sekarang berurusan dengan isu-isu standardisasi di banyak bidang, yaitu tidak hanya untuk produk industri. Pada tahun 1975 itu diubah namanya lagi untuk Deutsches Institut für Normung atau 'DIN' dan diakui oleh pemerintah Jerman sebagai badan nasional standar resmi, yang mewakili kepentingan Jerman di tingkat Internasional dan Eropa. Contoh standar DIN sebagai berikut:
·         DIN 476: Ukuran kertas internasional (sekarang ISO 216 atau DIN EN ISO 216)
·         DIN 946: Penentuan koefisien gesekan rakitan baut atau mur dalam kondisi tertentu.
·         DIN 1451: Jenis huruf yang digunakan oleh kereta api Jerman dan pada rambu lalu lintas.
·         DIN 4512: Definisi kecepatan film, sekarang digantikan oleh ISO 5800 ; 1987, ISO 6 ; 1993 dan ISO 2240 ; 2003.
·         DIN 31635: Transliterasi dari bahasa Arab.
·         DIN 72552: Nomor terminal listrik di mobil.
  1. ASTM (American Standard Testing a Material)
ASTM Internasional merupakan organisasi internasional sukarela yang mengembangkan standardisasi teknik untuk material, produk, sistem dan jasa. ASTM Internasional yang berpusat di Amerika Serikat. ASTM dibentuk pertama kali pada tahun 1898 oleh sekelompok insinyur dan ilmuwan untuk mengatasi bahan baku besi pada rel kereta api yang selalu bermasalah. Sekarang ini, ASTM mempunyai lebih dari 12.000 buah standar. Standar ASTM banyak digunakan pada negara-negara maju maupun berkembang dalam penelitian akademisi maupun industri.
Memiliki satu standar global menjadi semakin penting sebagai perusahaan menggabungkan melintasi batas internasional, dibantu oleh perjanjian perdagangan regional seperti North American Free Trade Agreement (NAFTA) dan yang ditetapkan olehUniEropa(UE), yang telah memfasilitasi merger internasional melalui penurunan tarif pada impor. Perusahaan yang terlibat dalam konsolidasi ini digunakan untuk menjual hanya satu pasar,sekarang menemukan diri mereka jual ke pasar global.
2.5  Studi Kasus
Studi kasus yang diambil pada makalah ini adalah studi kasus mengenai standarisasi dan pengendalian mutu bumbu penyedap rasa PT. Unilever Indonesia. Standarisasi yang digunakan adalah berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai bahan makanan. Standarisasi ini kemudian dilakukan dengan pengujian terhadap mutu produk berdasarkan uji mutu organoleptik. Uji organoleptik adalah uji yang dilakukan untuk menilai suatu produk dengan indera manusia sebagai alat ukur (Meilgaard et al, 1999). Menurut Poste et al. (1991) secara garis besar, uji organoleptik terbagi menjadi uji pembedaan (difference test), uji deskripsi (descriptive test) dan uji afektif (affective test).
Muñoz et al. (1992) diacu dalam Muñoz (2002) menjelaskan bahwa ada beberapa metode uji organoleptik yang dapat digunakan dalam program pengawasan mutu. Metode uji ini meliputi analisa deskripsi yang disederhanakan (reduced descriptive analysis), beda dari kontrol (difference from control), rating mutu, dan metode .masuk/keluar. (.in/out.).
Mutu organoleptik bumbu pelezat serbaguna diatur atau diuraikan di dalam spesifikasi organoleptiknya. Spesifikasi produk akhir sebaiknya terdiri atas definisi atribut-atribut yang signifikan dan terukur. Spesifikasi organoleptik bumbu pelezat serbaguna berisi deskripsi umum flavor, aroma, warna dan penampakan umum produk. Umumnya, spesifikasi organoleptik disusun dalam satu kesatuan spesifikasi produk bersama-sama dengan:
1.      Keterangan bahan baku (komposisi, bahan tambahan pangan, informasi kuantitatif jika diperlukan, status legal jika penetapannya termasuk dalam legislasi flavor).
2.      Standar mikrobiologi (angka lempeng total, kapang dan khamir, E. coli, koliform, Salmonella, kelompok atau organisme pathogen lain).
3.      Karakteristik kimia dan fisik (kadar garam, air, lemak, protein, ukuran partikel, warna).
4.      Flavor (rasa dan aroma).
5.      Umur simpan, kemasan, penyimpanan, dan syarat penanganan.
Dalam praktik industri bumbu pelezat serbaguna terdapat tiga indikator kritis terhadap konsistensi mutu organoleptic produk bumbu pelezat serbaguna bagi para pengguna akhir produk tersebut. Ketiga indikator kritis tersebut adalah flavor, warna, dan kadar garam. Flavor adalah karakter dari semua bahan yang dimasukkan ke dalam mulut dan dirasakan oleh indera perasa dan pencium, serta oleh reseptor sakit dan perasa di dalam mulut sebagaimana yang diterima dan diinterpretasikan oleh otak. Flavor termasuk dalam sifat organoleptik bumbu pelezat serbaguna yang tidak dapat diukur oleh alat pengukur selain indera manusia. Begitu pula halnya warna, tetapi warna dapat pula diukur secara objektif, misalnya dengan colorimeter. Warna adalah karakteristik pertama yang diterima oleh konsumen dan sangat diperlukan dalam mengidentifikasi dan menerima suatu produk pangan. Warna suatu bahan pangan seringkali dikaitkan dengan jenis bahan baku suatu produk pangan, tingkat kematangan, bahkan persepsi flavor. Walaupun kadar garam tidak diukur secara organoleptik, rasa asin yang dihasilkan oleh garam dapat diukur secara organoleptik. Oleh karena itu, jika kedua parameter ini dikontrol secara bersamaan, data yang satu akan menunjang data lainnya.
Alat pengendali mutu atau yang biasa dikenal dengan Seven Tools for
Quality Control adalah instrumen fundamental yang digunakan manajemen mutu dalam upaya untuk meningkatkan mutu produk terus-menerus. Alat bantu ini dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa dan digunakan untuk mengidentifikasi masalah utama, menganalisis proses produksi, mengontrol terjadinya fluktuasi mutu produk, serta untuk mencari solusi terhadap masalah-masalah mutu yang ada maupun terhadap penyimpangan-penyimpangan mutu yang mungkin terjadi di masa depan (Arpah, 2006).
Alat pengendali mutu terdiri atas check sheet, diagram Pareto, diagram sebab akibat atau diagram tulang ikan atau diagram Ishikawa, histogram, diagram pencar, grafik, dan bagan kendali. Ketujuh alat ini dinamakan juga The Old Seven Tools for Quality Control. Saat ini telah dikembangkan tujuh alat pengendali mutu yang baru oleh Japanese Society for Quality Control, yakni diagram afinitas, diagram hubungan timbal balik, diagram pohon, grid prioritas, diagram matriks, bagan proses keputusan program, dan diagram jaringan kerja (Herjanto, 2006).  Alat-alat tersebut hanyalah alat bantu dan tidak semua alat harus digunakan di dalam suatu perusahaan. Manajemen perusahaan sebaiknya memilih alat yang paling sesuai dengan permasalahan yang hendak dipecahkan. Manajemen juga dapat memodifikasi alat yang ada dan mengembangkan alat baru yang dinilai lebih sesuai dengan kondisi perusahaan.
Proses perancangan sistem pemeriksaan mutu bumbu pelezat serbaguna dilakukan dari segi teknis dan segi manajemen. Proses perancangan segi teknis meliputi perbaikan metode uji organoleptik, penentuan atribut kunci bumbu pelezat serbaguna rasa ayam dan sapi serta batasan mutunya serta persiapan sarana dan prasarana penunjang seperti ruangan pemeriksaan dan peralatan uji organoleptik. Proses perancangan segi manajemen meliputi persiapan dokumen seperti instruksi kerja, format uji organoleptik dan lembar deskripsi mutu (kriteria mutu) produk. Perbaikan metode uji organoleptik meliputi penetapan uji skoring sebagai metode uji organoleptik yang paling sesuai dengan perusahaan serta melengkapi skor organoleptik yang ada dengan deskripsi produk.











                                                                                     



BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Standarisasi merupakan penentuan ukuran yang harus diikuti dalam memproduksikan sesuatu,sedangkan pembuatan banaknya macam ukuran barang yang akan diproduksikan merupakan usaha simplifikasi. Standarisasi juga merupakan proses pembentukan standar teknis yang bisa menjadi standar spesifikasi, standar cara uji, standar definisi, prosedur standar ( atau praktik), dll. Kemudian adanya empat teknik dari standarisasi yaitu peyederahanaan atau variasi kontrol, kodifikasi, nilai rekayasa dan statistik proses kontrol. Pedoman standarisasi yang digunakan perusahaan yaitu berdasarkan SNI. Terdapat tiga pihak yang mendapatkan manfaat langsung dari penerapan standar nasional Indonesia yaitu pihak produsen, konsumen dan pemerintah. Adapun keuntungannya dalam perusahaan dibidang produksi barang yaitu, pengenalan barang lebih mudah dilakukan, tidak terjadi kesalahan spesifikasi dalam pembelian barang, pemesanan dan pembelian barang standar dapat dilakukan dengan mudah, dan para teknisi lebih mengenal sifat-sifat barang. Selain itu kerugian dalam perusahaan dibidang produksi yaitu umumnya barang standar harganya mahal sehingga menyebabkan biaya tinggi, ketergantungan pada pabrik tertentu, dan proses standarisasi lama karena membutuhkan ahli-ahli dan waktu yang tepat untuk memenuhi kriteria suatu produk.
3.2  Saran
Standarisasi dalam perusahaan dibidang produksi barang membutuhkan standar-standar tertentu. Standar perusahaan yang baik biasanya menggunakan SNI, ISO 9001-9004. Spesifikasi baik produk, bahan maupun proses sedapat mungkin diikuti agar kegiatan atau hasilnya dapat diterima umum oleh pengguna. Standarisasi produksi juga harus diimbangi dari standar  SDM, efisensi desain, fasilitasnya dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Gabriel S.2016. Apa perlu SNI dan apa Manfaanya. [internet]. [diunduh 2016 sept 25].tersedia pada: http://www.komapasiana.com//gsujayanto/apa-perlunya-sni-dan-apa-manfaatnya-56cbe8c7597b61341daad1fc       
Herta H.2007. Proses Perancangan Sistem Pemeriksaan Mutu Organoleptik Produk Bumbu Pelezat Serbaguna Selama Proses Produksi di PT. Unilever Indonesia, Tbk, Cikarang.[skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor
Pengantar standardisasi. 2009. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Sulistyo. 2013. Standar dan standardisasi:sebuah pengantar sangat singkat.[internet].[diunduh 2016 sept 25] tersedia pada : https://sulistyobasuki.wordpress.com/2013/10/23/standard-dan-standardisasi-sebuah-pengantar-sangat-singkat/  
Ozan.2011.standar dan standardisasi.[internet][ diunduh 2016 sept 25] tersedia pada:http://kajianmanajemen.blogspot.co.id/2011/10/standar-dan standardisasi.html?m