BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang
atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiataannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan. Koperasi merupakan bagian dari tata susunan ekonomi, hal ini
berarti bahwa dalam kegiatannya koperasi turut mengambil bagian bagi
tercapainya kehidupan ekonomi yang sejahtera, baik bagi orang-orang yang
menjadi anggota perkumpulan itu sendiri maupun untuk masyarakat di sekitarnya. Koperasi
mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha bersama dari
orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas.
Revolusi Perancis dan perkembangan industri telah menimbulkan
kemiskinan dan penderitaan bagi rakyat Perancis. Kelahiran koperasi didasari
oleh adanya penindasan dan kemiskinan yang terjadi pada masyarakat kalangan
bawah di dalam sistem kapitalisme yang berkembang pesat saat itu. Awal mulanya perkembangan koperasi di
Perancis sangat sulit, namun dengan seiring berjalannya waktu perkembangan koperasi di negara Perancis semakin pesat, bahkan sampai
terbentuk Credit Agricole. Sehubungan dengan hal itu, untuk memberi tambahan informasi mengenai perkembangan koperasi yang
ada di negara Perancis maka tim
pemakalah akan membahas materi ini.
1.2 Rumusan
Masalah
- Bagaimana awal mula berdirinya koperasi di dunia?
- Bagaimana awal mula berdirinya koperasi di negara Perancis?
- Bagaimana perkembangan koperasi di negara Perancis?
- Bagaimana awal mula terbentuknya Credit Agricole di negara Perancis?
1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui sejarah terbentuknya koperasi di dunia.
- Untuk mengetahui sejarah terbentuknya koperasi di negara Perancis.
- Untuk mengetahui tentang perkembangan koperasi di negara Perancis.
- Untuk mengetahui sejarah terbentuknya Credit Agricole di negara Perancis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Koperasi
Koperasi jika dilihat secara etimologis
berasal dari kata cooperation, kata tersebut terdiri dari kata cooperation, co yang berarti bersama dan
operation yang artinya bekerja atau
berusaha. Sehingga cooperation dapat
diartikan sebagai bekerja secara bersama-sama. Koperasi di Indonesia, menurut
UU No. 25 tahun 1992, didefinisikan sebagai badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasar atas asas kekeluargaan.
2.2 Sejarah Koperasi Di Dunia
Gerakan koperasi digagas oleh Robert Owen (1771–1858), yang
menerapkannya pertama kali pada usaha pemintalan kapas di New Lanark,
Skotlandia. Gerakan koperasi ini dikembangkan lebih lanjut oleh William King
(1786–1865) – dengan mendirikan oci koperasi di Brighton, Inggris. Pada 1 Mei
1828, King menerbitkan publikasi bulanan yang bernama The Cooperator, yang
berisi berbagai gagasan dan saran-saran praktis tentang mengelola oci dengan
menggunakan prinsip koperasi.
Koperasi akhirnya berkembang di ocial-negara lainnya. Di
Jerman, juga berdiri koperasi yang menggunakan prinsip-prinsip yang sama dengan
koperasi buatan Inggris. Koperasi-koperasi di Inggris didirikan oleh Charles
Foirer, Raffeinsen, dan Schulze Delitch. Di Perancis, Louis Blanc mendirikan
koperasi produksi yang mengutamakan kualitas barang. Di Denmark Pastor
Christiansone mendirikan koperasi pertanian. Kemajuan ilmu oengetahuan dan
teknologi pada pertengahan abad ke-18 telah mengubah wajah dunia. Berbagai
penemuan di bidang teknologi ( revolusi industri) melahirkan tata
dunia ekonomi baru. Tatanan dunia ekonomi menjajdi terpusat pada keuntungan
perseorangan, yaitu kaum pemilik modal ( kapitalisme ). Kaum kapitalis atau
pemilik modal memanfaatkan penemuan baru tersebutdengan sebaik-baiknya untuk
memperkaya dirinya dan memperkuat kedudukan ekonominya. Hasrat serakah ini melahirkan
persaingan bebas yang tidak terbatas. Sistem ekonomi kapitalis / liberal
memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya kepada pemilik modal dan melahirkan
kemelaratan dan kemiskinan bagi masyarakat ekonomi lemah.
Dalam kemiskinan dan kemelaratan ini, muncul kesadaran
masyarakat untuk memperbaiki nasibnya sendiri dengan mendirikan koperasi. Pada
tahun 1844 lahirlah koperasi pertama di Inggris yang terkenal dengan nama
Koperasi Rochdale di bawah pimpinan Charles Howart. Di Jerman, Frederich
Willhelm Raiffeisen dan Hermann Schulze memelopori Koperasi Simpan Pinjam. Di
Perancis, muncul tokoh-tokoh kperasi seperti Charles Fourier, Louis Blance, dan
Ferdinand Lassalle. Demikian pula di Denmark. Denmark menjadi Negara yang
paling berhasil di dunia dalam mengembangkan ekonominya melalui koperasi.
2.3 Sejarah Koperasi Di Perancis
Revolusi industri di Perancis mendorong berdirinya koperasi.
Untuk mampu menghadapi serangan industri Inggris, Perancis berusaha mengganti
mesin-mesin yang digunakan dengan mesin-mesin modern yang berakibat pada
peningkatan peganguran. Kondisi ininal yang medorong munculnya pelopor-pelopor
koperasi di Perancis seperti Charles Fourier dan Louis Blanc.
Charles Fourier
(1772-1837) menyusun suatu gagasan untuk memperbaiki hidup masyarakat dengan membentuk
fakanteres, suatu perkumpulan yang
terdiri dari 300 sampai 400 keluarga yang komunal. Fakanters
dibangun di atas tanah seluas kurang lebih 3 mil yang akan digunakan sebagai
tempat tinggal bersama, dan dikelilingi oleh tanah pertanian seluas kurang
lebih 150 hektar. Di dalamnya terdapat juga usaha-usaha kerajinan dan usaha
lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pegurus perkampungan ini dipilih
dari para anggotannya. Cita-cita Fourier tidak berhasil dilaksanakan karena
pengaruh liberalism yang sangat besar pada waktu itu.
Louis Blanc (1811-1880)
dalam bukunya Organization Labour menyusun gagasannya lebih konkrit, dengan
mengatakan bahwa persaingan merupakan sumber keburukan ekonomi, kemiskinan,
kemerosotan mora, kejahatan, krisis industri, dan pertentangan nasional. Untuk
mengatasinya, perlu didirikankan social
work-shop (etelier sociaux). Dalam perkumpulan ini, para produsen
perorangan yang mempunyai usaha yang sama disatukan. Dengan demikian,
perkumpulan ini mirip dengan koperasi produsen. Pada tahun 1884, kaum buruh di
Perancis menuntut pemerintaha untuk melaksanakan gagasan Louis Blanc untuk
mendirikan koperasi, tetapi koperasi ini kemudian bangkut.
2.4 Perkembagan Koperasi di Perancis
Revolusi Perancis dan perkembangan industri telah menimbulkan
kemiskinan dan penderitaan bagi rakyat Perancis. Kelahiran koperasi yang
didasari oleh adanya penindasan dan kemiskinan yang terjadi pada masyarakat
kalangan bawah (buruh) di dalam sistem kapitalisme yang berkembang pesat saat
itu, ternyata harus berhadapan pula dengan kelemahan dari dalam koperasi
sendiri. Kurangnya modal, kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari anggota
dan pengurus menyebabkan koperasi sulit berkembang secara pesat. Di sisi lain,
ideologi sosialisme yang muncul sebagai reaksi dari kekurangan-kekurangan
kapitalisme itu ternyata tidak mampu berbuat banyak untuk merubah keadaan saat
itu.Berkat dorongan pelopor-pelopor merekaseperti Charles Forier, Louis Blanc,
serta Ferdinand Lasalle, yang menyadari perlunya perbaikan nasib rakyat, para pengusaha
kecil di Perancis berhasil membangun Koperasi-koperasi yang bergerak dibidang
produksi. Latar belakang berkembangnya koperasi di Perancis hampir mirip dengan
di Inggris. Kemelaratan dan ketimpangan bangsawan dan rakyat jelata mendorong
terciptanya ledakan Revolusi Perancis.
Selain itu revolusi industri yang terjadi di Inggris
berdampak besar pada perekonomian Prancis. Agar mampu menghadapi serangan
industri Inggris, Prancis berusaha mengganti mesin-mesin yang digunakan dengan
mesin-mesin modern agar lebih efisien. Efisiensi menyebabkan banyak tenaga
kerja kehilangan pekerjaan, akibatnya pengangguran meningkat secara dramatis.
Kondisi inilah yang mendorong munculnya pelopor-pelopor koperasi. Charles
Forier, Louis Blanc, serta Ferdinand Lasalle, menyadari perlunya perbaikan
nasib rakyat dan pengusaha kecil di Perancis. Mereka pun kemudian membangun
koperasi-koperasi yang bergerak dibidang produksi.
Charles Fourier (1772-1837) menyusun suatu gagasan untuk
memperbaiki hidup masyarakat dengan fakanteres, suatu perkumpulan yang terdiri
dari 300 sampai 400 keluarga yang bersifat komunal. Fakanteres dibangun di atas
tanah seluas lebih kurang 3 mil yang akan digunakan sebagai tempat tinggal
bersama, dan dikelilingi oleh tanah pertanian seluas lebih kurang 150 hektar.
Di dalamnya terdapat juga usaha-usaha kerajinan dan usaha lain untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Pengurus perkampungan ini dipilih dari para anggotanya.
Sayang, cita-cita Fourier tidak berhasil dilaksanakan karena pengaruh
liberalisme yang sangat besar pada waktu itu. Lois Blanc (1811-1880) menyusun
gagasan yang lebih konkrit dalam bukunya “Organization Labour”. Blanc
mengatakan bahwa persaingan merupakan sumber keburukan ekonomi, kemiskinan,
kemerosotan moral, kejahatan, krisis industri, dan pertentangan nasional. Untuk
mengatasinya, perlu didirikan social work-shop (etelier socialux). Dalam
perkumpulan ini, para produsen perorangan yang mempunyai usaha yang sama
disatukan. Blanc mendirikan koperasi yang mengutamakan kualitas barang. Dengan
demikian, bisa dikatakan perkumpulan ini adalah koperasi produsen. Pada tahun
1884, kaum buruh di Perancis menuntut pemerintah untuk melaksanakan gagasan
Lois Blanc untuk mendirikan koperasi, tetapi koperasi ini kemudian bangkrut.
Koperasi di Perancis kemudian berkembang dengan pesat.
Koperasi-koperasi tersebut kemudian bergabung membentuk Koperasi Konsumsi
Nasional perancis (Federation Nationale Dess Cooperative de Consommation),
dengan anggota 476 koperasi. Jumlah anggotanya saat itu mencapai 3.460.000 orang,
dengan 9.900 buah toko dan memiliki perputaran modal sebesar 3.600 milyar franc
per tahun.
2.5 Sejarah Credit Agricole
Industri perbankan Perancis, terguncang
oleh imbas krisis keuangan global yang berhulu di Amerika Serikat. Tapi, bank
koperasi ini tetap menjulang sebagai salah satu terbesar di Perancis bahkan
Eropa, dengan wilayah operasional yang menjangkau 70 negara.
Kalangan perbankan Perancis dilanda
kepanikan luar biasa. Setelah diguncang oleh skandal pembobolan Societe
Generale sebesar 4,9 milir Euro (angka pembobolan terbesar sepanjang sejarah
perbankan Perancis) pada awal 2008, sekarang giliran Caisse d’Epargne yang
mendadak bangkrut akibat hempasan dahsyat krisis keuangan global yang dipicu
oleh macetnya kredit perumahan (sub prime) di Amerika Serikat (AS). Kerugian
yang menggulung salah satu bank terbesar di Perancis ini, mencapai 600 miliar
Euro atau 800 miliar dolar AS.
Perdana Menteri Perancis Nicolas Sarcozy
ikut berang, karena kasus tersebut sangat berpengaruh perekonomian negaranya.
Kejatuhan bank yang memiliki 27 juta nasabah itu, ikut merontokkan kepercayaan
dunia usaha terhadap sistem perbankan Perancis. Beruntung, negeri berpenduduk
64,5 juta jiwa ini, masih memiliki satu bank besar, yang nyaris tak tergoyahkan
oleh krisis, yaitu Credit Agricole.
Saat ini, Credit Agricole masih duduk di
singasana terhormat, sebagai bank yang memiliki wilayah operasi paling luas di
Eropa, menjangkau lebih dari 70 negara. Dengan 9.000 kantor cabang, Credit
Agricole melayani lebih dari 26 juta nasabah perorangan, serta pelaku usaha
kecil menengah (UKM). Credit Agricole adalah bank yang bekerja dengan sistem
koperasi, yang memiliki sejarah panjang. Embrionya mulai muncul pada 1856,
menyusul terjadinya gagal panen besar-besaran di Perancis. Para petani bukan saja
terancam kelaparan, tapi juga sulit untuk bangkit kembali karena tidak lagi
mempunyai modal untuk memulai usaha taninya. Tidak ada satu lembaga keuangan
pun yang sudi meminjamkan uangnya pada mereka.
Lantas, pemerintah turun tangan dengan
membentuk Societe de Credit, semacam kelompok tani, untuk mendapatkan berbagai
bantuan. Kelompok inilah yang kemudian menjelma menjadi koperasi simpan pinjam
di lingkungan petani, yang bersifat independen. Koperasi pertama terbentuk pada
1885 di Salins-les-Bains. Koperasi ini mampu memberikan pinjaman pada petani
yang menjadi anggotanya, namun dibatasi sampai 500 Frank.
Sejak itu, koperasi simpan pinjam petani
terus berkembang, mengawal pertumbuhan sektor pertanian Perancis yang makin
moderen. Pemerintah sangat memperhatikan bank koperasi pedesaan ini, karena
perannya yang besar. Terlebih, para petani kecil yang menjadi anggotanya, saat
itu memberikan kontribusi paling besar terhadap produksi pertanian nasional,
jauh melewati kontribusi industri pertanian (estate).
Lantas, koperasi-koperasi petani tersebut
membentuk bank lokal. Melalui koperasinya, mereka mempunyai kontrol terhadap
bank tersebut, termasuk dalam memilih para pengelolanya. Bank-bank lokal
tersebut kemudian membangun jaringan di tingkat nasional, hingga membentuk
Credit Agricole. Dengan jaringan sistem keuangan yang makin mapan ini, petani
di Perancis tidak pernah lagi mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
modalnya. Mereka juga sangat loyal menyimpan uangnya di koperasi.
Pada 1914, sehabis Perang Dunia I,
panggung perbankan Perancis goyah. Sektor pertanian pun kembali mengalami
penurunan, dengan tingkat produksi yang makin rendah. Namun, guncangan hebat
ini tidak menggoyahkan Credit Agricole. Meskipun, sampai 1930 tingkat produksi
pertanian tidak pernah kembali ke level sebelum Perang Dunia I. Credit Agricole
justru dituntut untuk bisa memacu kembali produktivitas pertanian, melalui
pelayanan kreditnya. Di sini, pemerintah memang membantu. Bahkan, pada 1920,
pemerintah ikut mengontrol Credit Agricole, meskipun kepemilikannya tetap
berbasis pada petani. Kontrol pemerintah ini terkait dengan kredit yang
disalurkan, yang sebagian besar memang berasal dari kas negara.
Setelah melewati fase sulit, Credit
Agricole kembali tumbuh, dengan kapasitasnya yang makin besar. Bank ini bukan
hanya memberi layanan pinjaman kepada petani secara individual, tetapi juga
pada koperasi petani yang mulai merambah pada sektor perdagangan, dan
agroindustri. Di sini, koperasi lagi-lagi memainkan peran besarnya, dalam
pemulihan ekonomi Perancis pasca Perang Dunia I.
Ketika Perang Dunia II meletus, lagi-lagi
sektor pertanian terpukul. Bahkan lebih hebat. Namun karena Credit Agricole
sudah makin mapan, proses pemulihannya jadi lebih cepat.
Setelah 1945, Bank of France dan sejumlah
bank utama lain di Perancis, mengalami nasionalisasi. Di bawah kendali Menteri
Keuangan, pemerintah mempunyai kendali lebih besar terhadap target penyaluran
kredit. Untungnya, sektor pertanian masih mendapat perhatian besar. Kinerja
Credit Agricole pun makin berotot.
Setelah Perang Dunia II berakhir, Credit
Agricole melebarkan penyaluran kreditnya, untuk mendukung berbagai pembangunan
infrastruktur pendukung pertanian. Mulai dari pabrik pupuk, pengairan, pabrik
peralatan pertanian modern sampai listrik pedesaan. Langkah ini leluasa
dilakukan, karena kredit yang disalurkan mendapat subsidi dari pemerintah.
Namun begitu, bukan berarti para petani
bersikap pasif menerima kredit bersubsidi. Mereka juga aktif mengimpun modal
bagi bank koperasi. Selama periode 1938 sampai 1946, modal yang dihimpun bank
koperasi lokal, mengalami lompatan besar, dari FFr 1,6 miliar, menjadi FFr 28
miliar.
Kendati melakukan ekspansi kredit secara
besar-besaran ke infrastruktur pertanian, Credit Agricole tidak pernah
melupakan penyaluran kredit pada petani kecil, yang menjadi anggota koperasi.
Di banding negara-negara Eropa lain, produktivitas pertanian Perancis memang
relatif lebih kecil, karena lebih banyak mengandalkan petani yang memiliki
lahan sempit.
Untuk memperbesar kapasitasnya, Credit
Agricole terus melakukan ekspansi kredit, hingga merambah sektor lain yang
tidak terkait dengan pertanian. Memasuki era 1970-an, bank ini melahirkan
sejumlah anak perusahaan, termasuk industri pengolahan makanan. Langkah ini
memang berhasil menggenjot kinerja bisnis Credit Agricole. Namun, pemerintah
selalu mengingatkan agar kredit kepada petani tidak diabaikan. Peringatan
paling serius, dilontarkan oleh Menteri Keuangan Giscard d’Estaing. “Credit
Agricole jangan terlena mengejar keuntungan financial, tetapi juga harus tetap
memperhatikan keuntungan sosial, dengan melayani para petani,” tandasnya,
“Keduanya harus seimbang.”
Di luar Credit Agricole, memang tidak ada
bank lain yang mau membiayai sektor pertanian. Jadi kredit pertanian
benar-benar dimonopoli Credit Agricole. Bahkan, kredit pertanian mendapat
fasilitas bebas pajak dari pemerintah. Pada 1975, Credit Agricole melebarkan
ekspansinya hingga menembus luar negeri. Namun, untuk kredit antar negara,
sector yang dibiayai masih berhubungan dengan pertanian, misalnya, pada
eksportir dan importir produk pertanian. Pada 1977, saat mata uang dolar AS
terpuruk, Credit Agricole sempat tampil sebagai bank terbesar di dunia. Pada
1978, Credit Agricole mencetak keuntungan FFr400 juta, melewati keuntungan yang
diraih tiga bank besar Perancis digabung jadi satu. Ekspansi Credit Agricole ke
luar negeri makin kokoh, setelah pada 1979 membuka cabang di Chicago, AS,
disusul
cabang lain di London, Inggris, dan New York, AS. Langkah ini terus berlanjut,
hingga meliputi lebih dari 70 negara.
Setelah tampil sebagai “penyelamat” pada
krisis semasa Perang Dunia I dan II, kini Credit Agricole kembali tampil untuk
menyelamatkan sektor keuangan Perancis, salah satu negara maju dengan Produk
Domestik Bruto (PDB) terbesar keenam di dunia.
Jaringan
Credit Agricolen 39 Bank Regional
-
2.573 Bank Lokal.
-
7.160 Kantor Cabang.
-
5,7 juta Koperasi Pemegang Saham.
-
20 juta nasabah.
-
11.300 Automated Teller Machines (ATMs).
2.6 Artikel Tentang Credit Agricole
Belajar dari Perancis Terkait
Pengelolaan Nelayan
JAKARTA
- Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) menyatakan, ada beragam hal
yang bisa dipelajari dari Prancis terkait pengelolaan nelayan dan perikanan
skala kecil yang menyejahterakan masyarakat pesisir.
"Pemerintah
Prancis menyadari pentingnya peran nelayan skala kecil dalam pemenuhan
kebutuhan protein dalam negerinya, maka nelayan diberi kemudahan untuk
mengorganisasi kepentingan politik dan ekonominya," kata Sekretaris
Jenderal Kiara Abdul Halim di Jakarta, Minggu (20/11/2016).
Abdul
Halim pada 19 November 2016 telah diundang menghadiri Pekan Solidaritas
Kelautan yang digelar lembaga CCFD-Terre Solidaire Prancis di 11 kota di negara
tersebut.
Dia
memaparkan, pengelolaan perikanan skala kecil di Prancis melibatkan tiga bank nasional,
yakni Credit Agricole, Credit Maritime, dan Credit Mutuel.
Tiga
bank ini bertanggung jawab kepada negara untuk memberikan pelayaran kredit
usaha maritim dan kelautan dan perikanan yang mudah diakses bagi nelayan skala
kecil.
Menariknya,
ujar dia, penyaluran kredit melibatkan organisasi atau badan hukum yang
didirikan oleh nelayan, seperti asosiasi dan koperasi.
Dengan
jalan inilah, lanjutnya, nelayan skala kecil di Prancis mendapatkan
perlindungan dan manfaat dari program peningkatan kesejahteraan bagi pelaku
usaha perikanan.
Sekjen
Kiara mengungkapkan, kredit pembelian kapal nelayan dari bank di Prancis bagi
anggota koperasi nelayan memiliki suku bunga rendah (sekitar 1,5 persen) dengan
jangka waktu selama 20 tahun.
Selain
itu, kredit yang diperoleh mendapatkan fasilitas pelengkap tanpa biaya
tambahan, antara lain bank memberikan asuransi perlindungan penuh terhadap
kapal yang akan dibeli dan asuransi usaha maritim.
Serta
lembaga koperasi nelayan di sana juga bertanggung jawab untuk memberikan fasilitas
pemeliharaan kapal kepada anggotanya.
"Dengan
skema ini, nelayan skala kecil di Prancis mendapatkan kepastian usaha, karena
negara dan organisasi yang mereka naungi memberikan rasa aman dan nyaman dalam
menjalankan usaha perikanan," kata Halim.
Di
Indonesia, ucap dia, tren penyaluran kredit usaha penangkapan ikan mengalami
peningkatan dari tahun 2011-2015 dengan NPL kredit kurang dari 1,8 persen.
Abdul
Halim menegaskan, dengan perkembangan kredit usaha penangkapan ikan yang terus
meningkat dengan resiko gagal bayar yang sangat kecil, mestinya pemerintah
berpikir selangkah lebih maju dalam upaya peningkatan kesejahteraan nelayan
kecil/tradisional.
"Negara
harus berkomitmen mengalokasikan anggaran peningkatan usaha penangkapan ikan di
dalam APBN dan APBD untuk usaha perikanan nelayan kecil-tradisional. Karena hal
ini sejalan dengan kewajiban pemerintah, baik pusat maupun daerah, sebagaimana
diatur di dalam Pasal 59-60 UU No. 7/2016 ," jelas Halim.
BAB
III
PENUTUP
Gerakan
koperasi dunia dimulai pada pertengahan abad 18 dan awal abad 19 di Inggris.
Lembaga tersebut sering disebut dengan “Koperasi Praindustri”. Sejarah
perkembangannya berawal dari munculnya revolusi industri di Inggris tahun 1770
yang menggantikan tenaga manusia dengan mesin-mesin industri yang berdampak
pada semakin besarnya pengangguran hingga revolusi Perancis tahun 1789 yang
awalnya ingin menumbangkan kekuasaan raja yang feodalistik, ternyata
memunculkan hegemoni baru oleh kaum kapitalis.
Charles
Fourier (1772-1837) seorang sosialis Prancis mengajurkan berdirinya unit-unit
produksi “Falansteires” yang mengedepankan semangat kebersamaan baik
kepemilikan capital, mengupayakan kebutuhan sendiri dan kepemilikan terhadap
alat-lat produksi secara bersama-sama.
Koperasi di Perancis
kemudian berkembang dengan pesat. Koperasi-koperasi tersebut kemudian bergabung
membentuk Koperasi Konsumsi Nasional perancis (Federation Nationale Dess
Cooperative de Consommation), dengan anggota 476 koperasi. Jumlah anggotanya
saat itu mencapai 3.460.000 orang, dengan 9.900 buah toko dan memiliki
perputaran modal sebesar 3.600 milyar franc per tahun. Abbe de Lammerais
(1782-1854) Perancis
Kalangan perbankan Perancis dilanda
kepanikan luar biasa. Setelah diguncang oleh skandal pembobolan Societe
Generale sebesar 4,9 milir Euro (angka pembobolan terbesar sepanjang sejarah
perbankan Perancis) pada awal 2008, sekarang giliran Caisse d’Epargne yang
mendadak bangkrut akibat hempasan dahsyat krisis keuangan global yang dipicu
oleh macetnya kredit perumahan (sub prime) di Amerika Serikat (AS). Kerugian
yang menggulung salah satu bank terbesar di Perancis ini, mencapai 600 miliar
Euro atau 800 miliar dolar AS.
Beruntung, negeri berpenduduk 64,5 juta
jiwa ini, masih memiliki satu bank besar, yang nyaris tak tergoyahkan oleh krisis,
yaitu Credit Agricole. Untuk
memperbesar kapasitasnya, Credit Agricole terus melakukan ekspansi kredit,
hingga merambah sektor lain yang tidak terkait dengan pertanian. Memasuki era
1970-an, bank ini melahirkan sejumlah anak perusahaan, termasuk industri
pengolahan makanan. Langkah ini memang berhasil menggenjot kinerja bisnis
Credit Agricole.
Pada 1975, Credit Agricole melebarkan ekspansinya hingga
menembus luar negeri. Namun, untuk kredit antar negara, sector yang dibiayai
masih berhubungan dengan pertanian, misalnya, pada eksportir dan importir
produk pertanian.