Kamis, 26 Oktober 2017

0

Tips and Trik Ubah Format Dokumen dan Terjemahkan Dokumen Otomatis

1. Smallpdf


Smallpdf adalah salah satu situs yang menyediakan layanan kompres PDF, pengonversi PDF dan edit PDF secara online gratis. Anda hanya perlu mendrag/klik file yang ada di komputer anda setelah itu tunggu beberapa saat sampai file anda sudah diubah secara otomatis. Let's download file yang sudah dikerjakan oleh Smallpdf. Mudah kan ayo coba, saya sering mencobanya untuk tugas kuliah hehe.



2. Onlinedoctranslator

Onlinedoctranslator adalah salah satu situs yang menyedikan layanan menerjemahkan dokumen dalam bentuk word, ppt, excel, pdf, dan lainnya secara gratis. Caranya pun mudah sama dengan cara Smallpdf di atas, kita hanya perlu mengupload file dari komputer kita untuk diterjemahkan melalui situs onlinedoctranslator ini.


Sekian Tips and Triknya semoga bermanfaat 😃

Senin, 25 September 2017

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiataannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan. Koperasi merupakan bagian dari tata susunan ekonomi, hal ini berarti bahwa dalam kegiatannya koperasi turut mengambil bagian bagi tercapainya kehidupan ekonomi yang sejahtera, baik bagi orang-orang yang menjadi anggota perkumpulan itu sendiri maupun untuk masyarakat di sekitarnya. Koperasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha bersama dari orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas.
            Revolusi Perancis dan perkembangan industri telah menimbulkan kemiskinan dan penderitaan bagi rakyat Perancis. Kelahiran koperasi didasari oleh adanya penindasan dan kemiskinan yang terjadi pada masyarakat kalangan bawah di dalam sistem kapitalisme yang berkembang pesat saat itu. Awal mulanya perkembangan koperasi di Perancis sangat sulit, namun dengan seiring berjalannya waktu perkembangan koperasi di negara Perancis semakin pesat, bahkan sampai terbentuk Credit Agricole. Sehubungan dengan hal itu, untuk memberi tambahan informasi mengenai perkembangan koperasi yang ada di negara Perancis maka tim pemakalah akan membahas materi ini.

1.2 Rumusan Masalah
  1. Bagaimana awal mula berdirinya koperasi di dunia?
  2. Bagaimana awal mula berdirinya koperasi di negara Perancis?
  3. Bagaimana perkembangan koperasi di negara Perancis?
  4. Bagaimana awal mula terbentuknya Credit Agricole di negara Perancis?

1.3 Tujuan

  1. Untuk mengetahui sejarah terbentuknya koperasi di dunia.
  2. Untuk mengetahui sejarah terbentuknya koperasi di negara Perancis.
  3. Untuk mengetahui tentang perkembangan koperasi di negara Perancis.
  4. Untuk mengetahui sejarah terbentuknya Credit Agricole di negara Perancis.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Koperasi
Koperasi jika dilihat secara etimologis berasal dari kata cooperation, kata tersebut terdiri dari kata cooperation, co yang berarti bersama dan operation yang artinya bekerja atau berusaha. Sehingga cooperation dapat diartikan sebagai bekerja secara bersama-sama. Koperasi di Indonesia, menurut UU No. 25 tahun 1992, didefinisikan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. 

2.2  Sejarah Koperasi Di Dunia
Gerakan koperasi digagas oleh Robert Owen (1771–1858), yang menerapkannya pertama kali pada usaha pemintalan kapas di New Lanark, Skotlandia. Gerakan koperasi ini dikembangkan lebih lanjut oleh William King (1786–1865) – dengan mendirikan oci koperasi di Brighton, Inggris. Pada 1 Mei 1828, King menerbitkan publikasi bulanan yang bernama The Cooperator, yang berisi berbagai gagasan dan saran-saran praktis tentang mengelola oci dengan menggunakan prinsip koperasi.
Koperasi akhirnya berkembang di ocial-negara lainnya. Di Jerman, juga berdiri koperasi yang menggunakan prinsip-prinsip yang sama dengan koperasi buatan Inggris. Koperasi-koperasi di Inggris didirikan oleh Charles Foirer, Raffeinsen, dan Schulze Delitch. Di Perancis, Louis Blanc mendirikan koperasi produksi yang mengutamakan kualitas barang. Di Denmark Pastor Christiansone mendirikan koperasi pertanian. Kemajuan ilmu oengetahuan dan teknologi pada pertengahan abad ke-18 telah mengubah wajah dunia. Berbagai penemuan di bidang teknologi ( revolusi industri) melahirkan tata dunia ekonomi baru. Tatanan dunia ekonomi menjajdi terpusat pada keuntungan perseorangan, yaitu kaum pemilik modal ( kapitalisme ). Kaum kapitalis atau pemilik modal memanfaatkan penemuan baru tersebutdengan sebaik-baiknya untuk memperkaya dirinya dan memperkuat kedudukan ekonominya. Hasrat serakah ini melahirkan persaingan bebas yang tidak terbatas. Sistem ekonomi kapitalis / liberal memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya kepada pemilik modal dan melahirkan kemelaratan dan kemiskinan bagi masyarakat ekonomi lemah.
Dalam kemiskinan dan kemelaratan ini, muncul kesadaran masyarakat untuk memperbaiki nasibnya sendiri dengan mendirikan koperasi. Pada tahun 1844 lahirlah koperasi pertama di Inggris yang terkenal dengan nama Koperasi Rochdale di bawah pimpinan Charles Howart. Di Jerman, Frederich Willhelm Raiffeisen dan Hermann Schulze memelopori Koperasi Simpan Pinjam. Di Perancis, muncul tokoh-tokoh kperasi seperti Charles Fourier, Louis Blance, dan Ferdinand Lassalle. Demikian pula di Denmark. Denmark menjadi Negara yang paling berhasil di dunia dalam mengembangkan ekonominya melalui koperasi.

2.3  Sejarah Koperasi Di Perancis
Revolusi industri  di Perancis mendorong berdirinya koperasi. Untuk mampu menghadapi serangan industri Inggris, Perancis berusaha mengganti mesin-mesin yang digunakan dengan mesin-mesin modern yang berakibat pada peningkatan peganguran. Kondisi ininal yang medorong munculnya pelopor-pelopor koperasi di Perancis seperti Charles Fourier dan Louis Blanc.
Charles Fourier (1772-1837) menyusun suatu gagasan untuk memperbaiki hidup masyarakat dengan membentuk fakanteres, suatu perkumpulan yang terdiri dari 300 sampai 400 keluarga yang komunal.  Fakanters dibangun di atas tanah seluas kurang lebih 3 mil yang akan digunakan sebagai tempat tinggal bersama, dan dikelilingi oleh tanah pertanian seluas kurang lebih 150 hektar. Di dalamnya terdapat juga usaha-usaha kerajinan dan usaha lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pegurus perkampungan ini dipilih dari para anggotannya. Cita-cita Fourier tidak berhasil dilaksanakan karena pengaruh liberalism yang sangat besar pada waktu itu.
Louis Blanc (1811-1880) dalam bukunya Organization Labour  menyusun gagasannya lebih konkrit, dengan mengatakan bahwa persaingan merupakan sumber keburukan ekonomi, kemiskinan, kemerosotan mora, kejahatan, krisis industri, dan pertentangan nasional. Untuk mengatasinya, perlu didirikankan social work-shop (etelier sociaux). Dalam perkumpulan ini, para produsen perorangan yang mempunyai usaha yang sama disatukan. Dengan demikian, perkumpulan ini mirip dengan koperasi produsen. Pada tahun 1884, kaum buruh di Perancis menuntut pemerintaha untuk melaksanakan gagasan Louis Blanc untuk mendirikan koperasi, tetapi koperasi ini kemudian bangkut.

2.4  Perkembagan Koperasi di Perancis
Revolusi Perancis dan perkembangan industri telah menimbulkan kemiskinan dan penderitaan bagi rakyat Perancis. Kelahiran koperasi yang didasari oleh adanya penindasan dan kemiskinan yang terjadi pada masyarakat kalangan bawah (buruh) di dalam sistem kapitalisme yang berkembang pesat saat itu, ternyata harus berhadapan pula dengan kelemahan dari dalam koperasi sendiri. Kurangnya modal, kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari anggota dan pengurus menyebabkan koperasi sulit berkembang secara pesat. Di sisi lain, ideologi sosialisme yang muncul sebagai reaksi dari kekurangan-kekurangan kapitalisme itu ternyata tidak mampu berbuat banyak untuk merubah keadaan saat itu.Berkat dorongan pelopor-pelopor merekaseperti Charles Forier, Louis Blanc, serta Ferdinand Lasalle, yang menyadari perlunya perbaikan nasib rakyat, para pengusaha kecil di Perancis berhasil membangun Koperasi-koperasi yang bergerak dibidang produksi. Latar belakang berkembangnya koperasi di Perancis hampir mirip dengan di Inggris. Kemelaratan dan ketimpangan bangsawan dan rakyat jelata mendorong terciptanya ledakan Revolusi Perancis.
Selain itu revolusi industri yang terjadi di Inggris berdampak besar pada perekonomian Prancis. Agar mampu menghadapi serangan industri Inggris, Prancis berusaha mengganti mesin-mesin yang digunakan dengan mesin-mesin modern agar lebih efisien. Efisiensi menyebabkan banyak tenaga kerja kehilangan pekerjaan, akibatnya pengangguran meningkat secara dramatis. Kondisi inilah yang mendorong munculnya pelopor-pelopor koperasi. Charles Forier, Louis Blanc, serta Ferdinand Lasalle, menyadari perlunya perbaikan nasib rakyat dan pengusaha kecil di Perancis. Mereka pun kemudian membangun koperasi-koperasi yang bergerak dibidang produksi.
Charles Fourier (1772-1837) menyusun suatu gagasan untuk memperbaiki hidup masyarakat dengan fakanteres, suatu perkumpulan yang terdiri dari 300 sampai 400 keluarga yang bersifat komunal. Fakanteres dibangun di atas tanah seluas lebih kurang 3 mil yang akan digunakan sebagai tempat tinggal bersama, dan dikelilingi oleh tanah pertanian seluas lebih kurang 150 hektar. Di dalamnya terdapat juga usaha-usaha kerajinan dan usaha lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pengurus perkampungan ini dipilih dari para anggotanya. Sayang, cita-cita Fourier tidak berhasil dilaksanakan karena pengaruh liberalisme yang sangat besar pada waktu itu. Lois Blanc (1811-1880) menyusun gagasan yang lebih konkrit dalam bukunya “Organization Labour”. Blanc mengatakan bahwa persaingan merupakan sumber keburukan ekonomi, kemiskinan, kemerosotan moral, kejahatan, krisis industri, dan pertentangan nasional. Untuk mengatasinya, perlu didirikan social work-shop (etelier socialux). Dalam perkumpulan ini, para produsen perorangan yang mempunyai usaha yang sama disatukan. Blanc mendirikan koperasi yang mengutamakan kualitas barang. Dengan demikian, bisa dikatakan perkumpulan ini adalah koperasi produsen. Pada tahun 1884, kaum buruh di Perancis menuntut pemerintah untuk melaksanakan gagasan Lois Blanc untuk mendirikan koperasi, tetapi koperasi ini kemudian bangkrut.
Koperasi di Perancis kemudian berkembang dengan pesat. Koperasi-koperasi tersebut kemudian bergabung membentuk Koperasi Konsumsi Nasional perancis (Federation Nationale Dess Cooperative de Consommation), dengan anggota 476 koperasi. Jumlah anggotanya saat itu mencapai 3.460.000 orang, dengan 9.900 buah toko dan memiliki perputaran modal sebesar 3.600 milyar franc per tahun.
2.5  Sejarah Credit Agricole
Industri perbankan Perancis, terguncang oleh imbas krisis keuangan global yang berhulu di Amerika Serikat. Tapi, bank koperasi ini tetap menjulang sebagai salah satu terbesar di Perancis bahkan Eropa, dengan wilayah operasional yang menjangkau 70 negara.
Kalangan perbankan Perancis dilanda kepanikan luar biasa. Setelah diguncang oleh skandal pembobolan Societe Generale sebesar 4,9 milir Euro (angka pembobolan terbesar sepanjang sejarah perbankan Perancis) pada awal 2008, sekarang giliran Caisse d’Epargne yang mendadak bangkrut akibat hempasan dahsyat krisis keuangan global yang dipicu oleh macetnya kredit perumahan (sub prime) di Amerika Serikat (AS). Kerugian yang menggulung salah satu bank terbesar di Perancis ini, mencapai 600 miliar Euro atau 800 miliar dolar AS.
Perdana Menteri Perancis Nicolas Sarcozy ikut berang, karena kasus tersebut sangat berpengaruh perekonomian negaranya. Kejatuhan bank yang memiliki 27 juta nasabah itu, ikut merontokkan kepercayaan dunia usaha terhadap sistem perbankan Perancis. Beruntung, negeri berpenduduk 64,5 juta jiwa ini, masih memiliki satu bank besar, yang nyaris tak tergoyahkan oleh krisis, yaitu Credit Agricole.
Saat ini, Credit Agricole masih duduk di singasana terhormat, sebagai bank yang memiliki wilayah operasi paling luas di Eropa, menjangkau lebih dari 70 negara. Dengan 9.000 kantor cabang, Credit Agricole melayani lebih dari 26 juta nasabah perorangan, serta pelaku usaha kecil menengah (UKM). Credit Agricole adalah bank yang bekerja dengan sistem koperasi, yang memiliki sejarah panjang. Embrionya mulai muncul pada 1856, menyusul terjadinya gagal panen besar-besaran di Perancis. Para petani bukan saja terancam kelaparan, tapi juga sulit untuk bangkit kembali karena tidak lagi mempunyai modal untuk memulai usaha taninya. Tidak ada satu lembaga keuangan pun yang sudi meminjamkan uangnya pada mereka.
Lantas, pemerintah turun tangan dengan membentuk Societe de Credit, semacam kelompok tani, untuk mendapatkan berbagai bantuan. Kelompok inilah yang kemudian menjelma menjadi koperasi simpan pinjam di lingkungan petani, yang bersifat independen. Koperasi pertama terbentuk pada 1885 di Salins-les-Bains. Koperasi ini mampu memberikan pinjaman pada petani yang menjadi anggotanya, namun dibatasi sampai 500 Frank.
Sejak itu, koperasi simpan pinjam petani terus berkembang, mengawal pertumbuhan sektor pertanian Perancis yang makin moderen. Pemerintah sangat memperhatikan bank koperasi pedesaan ini, karena perannya yang besar. Terlebih, para petani kecil yang menjadi anggotanya, saat itu memberikan kontribusi paling besar terhadap produksi pertanian nasional, jauh melewati kontribusi industri pertanian (estate).
Lantas, koperasi-koperasi petani tersebut membentuk bank lokal. Melalui koperasinya, mereka mempunyai kontrol terhadap bank tersebut, termasuk dalam memilih para pengelolanya. Bank-bank lokal tersebut kemudian membangun jaringan di tingkat nasional, hingga membentuk Credit Agricole. Dengan jaringan sistem keuangan yang makin mapan ini, petani di Perancis tidak pernah lagi mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan modalnya. Mereka juga sangat loyal menyimpan uangnya di koperasi.
Pada 1914, sehabis Perang Dunia I, panggung perbankan Perancis goyah. Sektor pertanian pun kembali mengalami penurunan, dengan tingkat produksi yang makin rendah. Namun, guncangan hebat ini tidak menggoyahkan Credit Agricole. Meskipun, sampai 1930 tingkat produksi pertanian tidak pernah kembali ke level sebelum Perang Dunia I. Credit Agricole justru dituntut untuk bisa memacu kembali produktivitas pertanian, melalui pelayanan kreditnya. Di sini, pemerintah memang membantu. Bahkan, pada 1920, pemerintah ikut mengontrol Credit Agricole, meskipun kepemilikannya tetap berbasis pada petani. Kontrol pemerintah ini terkait dengan kredit yang disalurkan, yang sebagian besar memang berasal dari kas negara.
Setelah melewati fase sulit, Credit Agricole kembali tumbuh, dengan kapasitasnya yang makin besar. Bank ini bukan hanya memberi layanan pinjaman kepada petani secara individual, tetapi juga pada koperasi petani yang mulai merambah pada sektor perdagangan, dan agroindustri. Di sini, koperasi lagi-lagi memainkan peran besarnya, dalam pemulihan ekonomi Perancis pasca Perang Dunia I.
Ketika Perang Dunia II meletus, lagi-lagi sektor pertanian terpukul. Bahkan lebih hebat. Namun karena Credit Agricole sudah makin mapan, proses pemulihannya jadi lebih cepat.
Setelah 1945, Bank of France dan sejumlah bank utama lain di Perancis, mengalami nasionalisasi. Di bawah kendali Menteri Keuangan, pemerintah mempunyai kendali lebih besar terhadap target penyaluran kredit. Untungnya, sektor pertanian masih mendapat perhatian besar. Kinerja Credit Agricole pun makin berotot.
Setelah Perang Dunia II berakhir, Credit Agricole melebarkan penyaluran kreditnya, untuk mendukung berbagai pembangunan infrastruktur pendukung pertanian. Mulai dari pabrik pupuk, pengairan, pabrik peralatan pertanian modern sampai listrik pedesaan. Langkah ini leluasa dilakukan, karena kredit yang disalurkan mendapat subsidi dari pemerintah.
Namun begitu, bukan berarti para petani bersikap pasif menerima kredit bersubsidi. Mereka juga aktif mengimpun modal bagi bank koperasi. Selama periode 1938 sampai 1946, modal yang dihimpun bank koperasi lokal, mengalami lompatan besar, dari FFr 1,6 miliar, menjadi FFr 28 miliar.
Kendati melakukan ekspansi kredit secara besar-besaran ke infrastruktur pertanian, Credit Agricole tidak pernah melupakan penyaluran kredit pada petani kecil, yang menjadi anggota koperasi. Di banding negara-negara Eropa lain, produktivitas pertanian Perancis memang relatif lebih kecil, karena lebih banyak mengandalkan petani yang memiliki lahan sempit.
Untuk memperbesar kapasitasnya, Credit Agricole terus melakukan ekspansi kredit, hingga merambah sektor lain yang tidak terkait dengan pertanian. Memasuki era 1970-an, bank ini melahirkan sejumlah anak perusahaan, termasuk industri pengolahan makanan. Langkah ini memang berhasil menggenjot kinerja bisnis Credit Agricole. Namun, pemerintah selalu mengingatkan agar kredit kepada petani tidak diabaikan. Peringatan paling serius, dilontarkan oleh Menteri Keuangan Giscard d’Estaing. “Credit Agricole jangan terlena mengejar keuntungan financial, tetapi juga harus tetap memperhatikan keuntungan sosial, dengan melayani para petani,” tandasnya, “Keduanya harus seimbang.”
Di luar Credit Agricole, memang tidak ada bank lain yang mau membiayai sektor pertanian. Jadi kredit pertanian benar-benar dimonopoli Credit Agricole. Bahkan, kredit pertanian mendapat fasilitas bebas pajak dari pemerintah. Pada 1975, Credit Agricole melebarkan ekspansinya hingga menembus luar negeri. Namun, untuk kredit antar negara, sector yang dibiayai masih berhubungan dengan pertanian, misalnya, pada eksportir dan importir produk pertanian. Pada 1977, saat mata uang dolar AS terpuruk, Credit Agricole sempat tampil sebagai bank terbesar di dunia. Pada 1978, Credit Agricole mencetak keuntungan FFr400 juta, melewati keuntungan yang diraih tiga bank besar Perancis digabung jadi satu. Ekspansi Credit Agricole ke luar negeri makin kokoh, setelah pada 1979 membuka cabang di Chicago, AS,
disusul cabang lain di London, Inggris, dan New York, AS. Langkah ini terus berlanjut, hingga meliputi lebih dari 70 negara.
Setelah tampil sebagai “penyelamat” pada krisis semasa Perang Dunia I dan II, kini Credit Agricole kembali tampil untuk menyelamatkan sektor keuangan Perancis, salah satu negara maju dengan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar keenam di dunia.
Jaringan Credit Agricolen 39 Bank Regional
- 2.573 Bank Lokal.
- 7.160 Kantor Cabang.
- 5,7 juta Koperasi Pemegang Saham.
- 20 juta nasabah.
- 11.300 Automated Teller Machines (ATMs).

2.6  Artikel Tentang Credit Agricole

Belajar dari Perancis Terkait Pengelolaan Nelayan
JAKARTA - Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) menyatakan, ada beragam hal yang bisa dipelajari dari Prancis terkait pengelolaan nelayan dan perikanan skala kecil yang menyejahterakan masyarakat pesisir.
"Pemerintah Prancis menyadari pentingnya peran nelayan skala kecil dalam pemenuhan kebutuhan protein dalam negerinya, maka nelayan diberi kemudahan untuk mengorganisasi kepentingan politik dan ekonominya," kata Sekretaris Jenderal Kiara Abdul Halim di Jakarta, Minggu (20/11/2016).
Abdul Halim pada 19 November 2016 telah diundang menghadiri Pekan Solidaritas Kelautan yang digelar lembaga CCFD-Terre Solidaire Prancis di 11 kota di negara tersebut.
Dia memaparkan, pengelolaan perikanan skala kecil di Prancis melibatkan tiga bank nasional, yakni Credit Agricole, Credit Maritime, dan Credit Mutuel.
Tiga bank ini bertanggung jawab kepada negara untuk memberikan pelayaran kredit usaha maritim dan kelautan dan perikanan yang mudah diakses bagi nelayan skala kecil.
Menariknya, ujar dia, penyaluran kredit melibatkan organisasi atau badan hukum yang didirikan oleh nelayan, seperti asosiasi dan koperasi.
Dengan jalan inilah, lanjutnya, nelayan skala kecil di Prancis mendapatkan perlindungan dan manfaat dari program peningkatan kesejahteraan bagi pelaku usaha perikanan.
Sekjen Kiara mengungkapkan, kredit pembelian kapal nelayan dari bank di Prancis bagi anggota koperasi nelayan memiliki suku bunga rendah (sekitar 1,5 persen) dengan jangka waktu selama 20 tahun.
Selain itu, kredit yang diperoleh mendapatkan fasilitas pelengkap tanpa biaya tambahan, antara lain bank memberikan asuransi perlindungan penuh terhadap kapal yang akan dibeli dan asuransi usaha maritim.
Serta lembaga koperasi nelayan di sana juga bertanggung jawab untuk memberikan fasilitas pemeliharaan kapal kepada anggotanya.

"Dengan skema ini, nelayan skala kecil di Prancis mendapatkan kepastian usaha, karena negara dan organisasi yang mereka naungi memberikan rasa aman dan nyaman dalam menjalankan usaha perikanan," kata Halim.
Di Indonesia, ucap dia, tren penyaluran kredit usaha penangkapan ikan mengalami peningkatan dari tahun 2011-2015 dengan NPL kredit kurang dari 1,8 persen.
Abdul Halim menegaskan, dengan perkembangan kredit usaha penangkapan ikan yang terus meningkat dengan resiko gagal bayar yang sangat kecil, mestinya pemerintah berpikir selangkah lebih maju dalam upaya peningkatan kesejahteraan nelayan kecil/tradisional.
"Negara harus berkomitmen mengalokasikan anggaran peningkatan usaha penangkapan ikan di dalam APBN dan APBD untuk usaha perikanan nelayan kecil-tradisional. Karena hal ini sejalan dengan kewajiban pemerintah, baik pusat maupun daerah, sebagaimana diatur di dalam Pasal 59-60 UU No. 7/2016 ," jelas Halim.

BAB III
PENUTUP

Gerakan koperasi dunia dimulai pada pertengahan abad 18 dan awal abad 19 di Inggris. Lembaga tersebut sering disebut dengan “Koperasi Praindustri”. Sejarah perkembangannya berawal dari munculnya revolusi industri di Inggris tahun 1770 yang menggantikan tenaga manusia dengan mesin-mesin industri yang berdampak pada semakin besarnya pengangguran hingga revolusi Perancis tahun 1789 yang awalnya ingin menumbangkan kekuasaan raja yang feodalistik, ternyata memunculkan hegemoni baru oleh kaum kapitalis.
Charles Fourier (1772-1837) seorang sosialis Prancis mengajurkan berdirinya unit-unit produksi “Falansteires” yang mengedepankan semangat kebersamaan baik kepemilikan capital, mengupayakan kebutuhan sendiri dan kepemilikan terhadap alat-lat produksi secara bersama-sama.
Koperasi di Perancis kemudian berkembang dengan pesat. Koperasi-koperasi tersebut kemudian bergabung membentuk Koperasi Konsumsi Nasional perancis (Federation Nationale Dess Cooperative de Consommation), dengan anggota 476 koperasi. Jumlah anggotanya saat itu mencapai 3.460.000 orang, dengan 9.900 buah toko dan memiliki perputaran modal sebesar 3.600 milyar franc per tahun. Abbe de Lammerais (1782-1854) Perancis
Kalangan perbankan Perancis dilanda kepanikan luar biasa. Setelah diguncang oleh skandal pembobolan Societe Generale sebesar 4,9 milir Euro (angka pembobolan terbesar sepanjang sejarah perbankan Perancis) pada awal 2008, sekarang giliran Caisse d’Epargne yang mendadak bangkrut akibat hempasan dahsyat krisis keuangan global yang dipicu oleh macetnya kredit perumahan (sub prime) di Amerika Serikat (AS). Kerugian yang menggulung salah satu bank terbesar di Perancis ini, mencapai 600 miliar Euro atau 800 miliar dolar AS.
Beruntung, negeri berpenduduk 64,5 juta jiwa ini, masih memiliki satu bank besar, yang nyaris tak tergoyahkan oleh krisis, yaitu Credit Agricole. Untuk memperbesar kapasitasnya, Credit Agricole terus melakukan ekspansi kredit, hingga merambah sektor lain yang tidak terkait dengan pertanian. Memasuki era 1970-an, bank ini melahirkan sejumlah anak perusahaan, termasuk industri pengolahan makanan. Langkah ini memang berhasil menggenjot kinerja bisnis Credit Agricole.
Pada 1975, Credit Agricole melebarkan ekspansinya hingga menembus luar negeri. Namun, untuk kredit antar negara, sector yang dibiayai masih berhubungan dengan pertanian, misalnya, pada eksportir dan importir produk pertanian.

Minggu, 18 Juni 2017

Jumat, 26 Mei 2017

1

Tugas Komunikasi Bisnis "Poster bertema Lingkungan"


Menurut Murphy dan Hildebrant (1991), kegiatan komunikasi bisnis perlu berpegang pada prinsip-prinsip komunikasi bisnis yang terdiri atas tujuh C, yaitu:
1.      Completeness, memberikan informasi selengkap mungkin kepada pihak yang membutuhkan. Informasi yang lengkap akan memberikan kepastian dan kepercayaan.
2.      Conciseness, berarti bahwa semua bentuk komunikasi disusun secara jelas, singkat, dan padat.
3.      Concreteness, pesan disampaikan secara spesifik dan tidak bersifat abstrak.
4.      Consideration, mempertimbangkan situasi penerimanya.
5.      Clarity, pesan disusun dengan menggunakan kata-kata maupun simbol-simbol yang mudah dipahami.
6.      Courtesy, memperhatikan tata krama dan sopan santun sebagai penghargaan kepada komunikan.
7.      Correctness, pesan harus dibuat secara cermat baik dari sisi tata bahasa maupun kemampuan berbahasa dari komunikan.

Sumber:
Kusumastuti Y I. 2009. Komunikasi Bisnis. Bogor: IPB Press.